Friday, January 29, 2016

Enam Serdadu


Pada suatu masa ada seorang pria yang hebat, dia telah membaktikan diri pada negara dalam perang, dan mempunyai keberanian yang luar biasa, tetapi pada akhirnya dia dipecat tanpa alasan apapun dan hanya memiliki 3 keping uang logam sebagai hartanya.         
          "Saya tidak akan diam saja melihat hal ini," katanya.
          "Tunggu hingga saya menemukan orang yang tepat untuk membantu saya dan raja harus memberikan semua harta dari negaranya sebelum masalah saya dengan dia selesai."

Kemudian, dengan penuh kemarahan, dia masuk ke dalam hutan, dan melihat satu orang berdiri di sana mencabuti enam buah pohon seolah-olah pohon itu adalah tangkai-tangkai jagung. Dia berkata kepada orang itu,
          "Maukah kamu menjadi orangku, dan ikut dengan saya?"
          "Baiklah," jawab orang itu; "Saya harus membawa pulang sedikit kayu-kayu ini terlebih dahulu ke rumah ayah dan ibuku."

Dia mengambil satu persatu pohon tersebut dan menggabungkannya dengan 5 pohon yang lain dan memanggulnya di pundak,  lalu  pergi. Segera setelah dia  kembali, dia  ikut bersama dengan pimpinannya, yang berkata,
          "Berdua kita bisa menghadapi seluruh dunia."

Putri raja dan si Pelari yang tertidur
Dan tidak lama mereka berjalan, mereka bertemu dengan satu orang pemburu yang berlutut pada satu kaki dan dengan hati-hati membidikkan senapannya.
          "Pemburu," kata si pemimpin, "apa yang kamu bidik?"
          "Dua mil dari sini," jawabnya, "ada seekor lalat yang hinggap pada pohon oak. Saya bermaksud untuk menembak mata kiri dari lalat tersebut."
          "Oh, ikutlah dengan saya," kata si Pemimpin, "Bertiga kita bisa menghadapi seluruh dunia"

Pemburu tersebut sangat ingin ikut dengannya, jadi mereka semua berangkat bersama hingga mereka menemukan tujuh kincir angin yang baling-baling layarnya berputar dengan kencang, walaupun di sana tidak ada angin yang bertiup dari arah manapun dan tak ada daun-daun yang bergerak.

          "Wah," kata si Pemimpin, "Saya tidak habis pikir apa yang menggerakkan kincir angin ini, berputar tanpa angin;"
Ketika mereka berjalan sekitar dua mil ke depan, mereka bertemu dengan seseorang yang duduk di atas sebuah pohon, sedang menutup satu lubang hidungnya dan meniupkan napasnya melalui lubang hidung yang satu.
          "Sekarang," kata si Pemimpin, "Apa yang kamu lakukan di atas sana?"
          "Dua mil dari sini," jawab orang itu, "di sana ada tujuh kincir angin; saya meniupnya hingga mereka dapat berputar."
          "Oh, ikutlah dengan saya," bujuk si Pemimpin, "Berempat kita bisa menghadapi seluruh dunia."

Jadi si Peniup turun dan berangkat bersama mereka, dan setelah beberapa saat, mereka bertemu dengan seseorang yang berdiri di atas satu kaki dan kaki yang satunya yang dilepas tergeletak tidak jauh darinya.
          "Kamu terlihat mempunyai cara yang unik saat beristirahat," kata si Pemimpin kepada orang itu.
          "Saya adalah seorang pelari," jawabnya, "dan untuk menjaga agar saya tidak bergerak terlalu cepat Saya telah melepas sebuah kaki saya, Jika saya menggunakan kedua kaki saya, Saya akan jauh lebih cepat dari pada burung yang terbang."
          "Oh, ikutlah dengan saya," kata si Pemimpin, "Berlima kita bisa menghadapi seluruh dunia."

Jadi mereka akhirnya