Dahulu kala, ada seorang wanita penyihir
yang memiliki tiga anak yang saling menyayangi antara satu dengan yang lainnya
sebagai saudara, tetapi wanita penyihir tua itu tidak mempercayai anaknya
sendiri, dan berpikir bahwa ketiga anaknya ingin mencuri kekuatannya darinya.
Penyihir itu lalu mengubah anak sulungnya menjadi burung elang, yang terpaksa
tinggal di pegunungan berbatu, dan sering terlihat terbang melayang di langit.
Yang kedua, disihir sehingga berubah menjadi seekor ikan paus yang hidup di
laut dalam, dan terkadang terlihat di permukaan laut menyemburkan sebuah
pancuran air yang besar di udara. Kedua anak ini masing-masing masih bisa
berubah bentuk menjadi manusia selama dua jam setiap hari. Anak yang ketiga,
karena takut bahwa ibunya yang penyihir ini akan mengubahnya menjadi seekor
binatang buas, dengan diam-diam pergi meninggalkan ibunya.
Saat itu, di pusat kerajaan, dia mendengar
berita tentang seorang putri Raja yang disihir dan dipenjarakan di istana
matahari, sedang menanti datangnya pertolongan. Mereka yang mencoba membebaskan
sang Putri, mempertaruhkan nyawa mereka karena tugas untuk menyelamatkan sang
Putri, tidaklah mudah. Sudah puluhan orang yang mencoba tetapi gagal, dan
sekarang tidak ada orang yang berani untuk menyelamatkan sang Putri lagi.
Si Putra Ketiga menguatkan hatinya untuk
mencoba menyelamatkan sang Putri. Dia lalu melakukan perjalanan untuk mencari
istana matahari itu dalam waktu yang cukup lama tanpa bisa menemukannya. Suatu
ketika, dia tiba tanpa sengaja di sebuah hutan yang besar, dan menjadi
tersesat. Tiba-tiba dia melihat di kejauhan, dua raksasa yang melambaikan
tangan mereka kepadanya, dan ketika dia datang kepada raksasa tersebut, mereka
berkata,
"Kami bertengkar mengenai sebuah topi,
siapa di antara kami yang berhak memilikinya, karena kami berdua sama kuatnya,
tak ada satupun di antara kami yang lebih kuat dibandingkan yang lain. Manusia
kecil lebih pandai dari kami, karena itu, kami menyerahkan keputusan kepada
mu."
"Bagaimana kamu bisa bertengkar hanya
karena sebuah topi tua?" kata si Putra Ketiga.
"Kamu tidak mengerti keajaiban topi
itu! Itu adalah topi yang bisa mengabulkan keinginan kita; barang siapa yang
memakainya, dan berharap untuk pergi ke tempat manapun dia mau, dalam sekejap
dia akan tiba di tempat tersebut."
"Berikanlah topi itu kepadaku,"
kata si Putra Ketiga, "Saya akan berdiri di sana, ketika saya memanggil
kalian, kalian harus berlomba lari, dan topi ini akan menjadi milik orang yang
lebih duluan tiba di sana." Dia lalu memakai topi tersebut lalu berjalan
pergi, dan saat berjalan, si Putra Ketiga berpikir tentang sang Putri,
melupakan para raksasa dan berjalan terus. Akhirnya dia mendesah dalam hatinya
dan bersedih, "Ah, jika saja saya bisa tiba di istana matahari,"
tiba-tiba si Putra Ketiga sudah berdiri di sebuah gunung yang tinggi tepat di
depan pintu gerbang istana matahari.
Dia lalu masuk dan memeriksa semua kamar,
saat sampai pada kamar terakhir dia menemukan putri Raja. Tapi betapa
terkejutnya dia ketika melihat wajah sang Putri. Wajahnya pucat abu-abu penuh
keriput, mata rabun, dan berambut merah."
Apakah kamu adalah putri raja, yang
kecantikannya terkenal di seluruh pujian dunia?" tanyanya.
"Ah," jawabnya.
"Ini bukan
bentuk saya yang sebenarnya, mata manusia hanya bisa melihat saya dalam keadaan
buruk rupa ini, tetapi kamu mungkin bisa melihat bentuk saya yang sebenarnya,
lihat melalui cermin ini, karena cermin ini tidak akan salah dan akan
menampilkan wajah saya yang sebenarnya."
Dia lalu memberinya cermin yang di
pegangnya, dan saat si Putra Ketiga melihat bayangan di dalam cermin,
dilihatnya wajah yang paling cantik di seluruh penjuru dunia, dan dia juga
melihat butiran air mata yang bergulir di pipi sang Putri.
Lalu si Putra Ketiga bertanya,
"Bagaimana kamu dapat dibebaskan ? Aku tidak takut akan mara bahaya.”
Sang Putri berkata,
"Dia yang
mendapatkan bola kristal, dan mengacungkannya kehadapan penyihir, akan
menghancurkan kekuatan sihirnya dengan bola kristal itu, dan saya akan kembali
ke bentuk sejati saya.
"Ah," dia menambahkan,
"sudah banyak yang mencoba dan gagal, kamu begitu muda, saya sangat sedih
karena kamu harus menghadapi bahaya yang begitu besar."
"Tidak ada yang bisa mencegah saya
melakukannya," kata si Putra Ketiga, "coba katakan padaku apa saja
yang harus kulakukan."
"Kamu harus tahu semuanya," kata
sang Putri.
"Ketika kamu menuruni gunung di mana istana ini berdiri, kamu
akan menemukan seekor banteng liar di dekat sebuah mata air, dan kamu harus
berkelahi dengan banteng itu, dan jika kamu bisa membunuhnya, seekor burung
yang berapi-api akan muncul yang membawa sebuah telur yang membara, dan sebuah
bola kristal terletak di dalam telur tersebut. burung itu tidak akan membiarkan
telur tersebut terlepas kecuali dipaksa untuk melakukannya, dan saat telur itu
jatuh di tanah, semuanya akan menyala dan membakar segala sesuatu yang berada
dekat telur tersebut, dan dengan bola kristal semua masalahmu akan
terselesaikan."
Pemuda itu lalu pergi ke mata air, di mana
seekor banteng liar mendengus dan berteriak marah padanya. Setelah melalui
perjuangan yang panjang, si Putra Ketiga berhasil menusukkan pedangnya ke tubuh
hewan itu yang akhirnya jatuh mati. Seketika itu juga, seekor burung api muncul
dan hendak terbang, tapi kakak si Putra Ketiga yang berubah bentuk menjadi elang,
menukik turun, mengejar burung api tersebut sampai ke laut, dan memukul dengan
paruhnya sampai sang Burung Api melepaskan telur yang dipegangnya. Telur
tersebut tidak jatuh ke laut, tetapi ke sebuah gubuk nelayan yang berdiri di
tepi pantai dan gubuk itu langsung terbakar api. Lalu tiba-tiba muncullah
gelombang laut setinggi rumah, menerjang gubuk tersebut hingga seluruh api
menjadi padam. Ternyata, saudara lain si Putra Ketiga yang menjadi ikan paus,
yang telah mendorong dan menciptakan gelombang laut tersebut. Ketika api itu
padam, si Putra Kegita mencari telur itu dan menjadi sangat bahagia saat
menemukannya. Kulit telur tersebut menjadi retak dan pecah akibat suhu panas
yang tiba-tiba berubah menjadi dingin saat tersiram air, sehingga bola kristal di
dalamnya dapat diambil oleh si Putra Ketiga.
Ketika pemuda pergi menghadap ke si
Penyihir dan mengacungkan bola kristal itu di hadapannya, si Penyihir berkata,
"Kekuatan sihir saya telah hancur, dan mulai dari saat ini, kamulah yang
menjadi raja di istana matahari. Dengan bola kristal itu juga, kamu telah
mengembalikan bentuk saudara-saudara-mu ke bentuk manusia seperti semula."
Si Putra Ketiga pun bergegas menemui sang
Putri, dan ketika dia memasuki ruangan, dia mendapati sang Putri berdiri di
sana dengan segala kecantikan dan keindahannya, dan tidak lama, merekapun
menikah dan hidup berbahagia selamanya.
No comments:
Post a Comment